Oleh: Cahyadi Takariawan
Saya sering membuat gambaran yang sangat sederhana tentang rumah yang dikatakan sebagai surga dunia. Gambaran surga adalah keindahan dan menyenangkan, membuat semua orang betah di dalamnya dan tidak ingin meninggalkannya. Suasana indah, menyenangkan, serta betah inilah yang menjadi gambaran surga dunia di dalam sebuah rumah tangga. Sebuah rumah yang diidamkan oleh semua orang, namun ternyata tidak semua orang bisa mendapatkannya.
Untuk mewujudkan rumah sebagai surga dunia, diperlukan beberapa unsur yang menjadi pembentuknya.
Suami dan Ayah yang Menyenangkan
Unsur yang pertama kali harus dibentuk adalah suami dan sekaligus ayah yang menyenangkan. Suami sebagai kepala rumah tangga sangat besar pengaruhnya dalam membentuk suasana rumah tangga. Jika suami galak, emosional, pemarah, mudah tersinggung, gampang salah paham, cepat menyalahkan, tidak pernah merasa bersalah, suka memukul, maka tidak akan ada surga yang bisa dibangun bersamanya.
Oleh karena itu, jika ingin membuat suasana “rumahku surgaku”, sebagai suami harus bisa menjadi suami menyenangkan dan membahagiakan hati isteri, membuat isteri betah berlama-lama di sampingnya, dan tidak ingin meninggalkannya. Sebagai ayah harus menjadi ayah yang menyenangkan dan membahagiakan hati anak-anak, bisa menjadi kebanggaan bagi anak-anak, membuat anak betah berlama-lama di sampingnya, dan tidak ingin meninggalkannya.
Membahagiakan itu bukan persoalan memberikan semua keinginan isteri dan anak-anak, namun lebih kepada kemampuan untuk memasuki relung-relung hati dan perasaan isteri dan anak-anak. Maka suami harus menjadi pihak yang paling pandai memahami kondisi hati dan perasaan isteri serta anak-anak, selalu memperhatikan dan mengayomi isteri dan anak-anak, sehingga mereka semua merasa bahagia dan nyaman berada di dalam rumah tangga.
Isteri dan Ibu yang Menyenangkan
Unsur berikutnya adalah isteri dan sekaligus ibu yang menyenangkan. Isteri sebagai manajer urusan kerumahtanggaan memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam menciptakan surga dunia dalam keluarga. Jika isteri galak, emosional, pemarah, mudah tersinggung, sangat pencemburu, gampang salah paham, tidak bisa membawakan diri dengan tepat, selalu merasa benar, tidak pernah berterimakasih, suka berfoya-foya, maka tidak akan ada surga yang bisa dibangun bersamanya.
Oleh karena itu, jika ingin menghadirkan “rumahku surgaku”, sebagai isteri harus menjadi isteri yang menyenangkan dan membahagiakan hati suami, membuat suami betah berlama-lama di sampingnya, membuat suami bangga, dan tidak ingin meninggalkannya. Sebagai ibu harus mampu menghadirkan surga di bawah telapak kakinya, bisa membahagiakan hati anak-anak, membuat anak-anak betah berlama-lama di sampingnya dan tidak ingin meninggalkannya.
Anak-anak yang Menyenangkan
Berikutnya, rumahku surgaku dibentuk oleh anak-anak yang menyenangkan dan mambahagiakan hati ayah dan ibu. Anak-anak yang bisa menjadi kebanggaan orang tua dan harapan masa depan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Betapapun baik suami dan isteri, namun jika anak-anak tidak salih dan salihah, apalagi jika anak-anak terjerat berbagai kenakalan remaja, maka akan merusak kebahagiaan keluarga.
Betapa banyak keluarga yang dirampas kebahagiaan mereka karena kenakalan anak-anak yang sudah melampaui batas. Terlibat tawuran pelajar, terlibat genk destruktif, menjadi pecandu narkoba, miras serta zat-zat adiktif lainnya. Anak-anak seperti ini menjadi beban bagi keluarga, merusak nama baik orang tua, dan pada akhirnya menghilangkan kebahagiaan yang sudah mereka usahakan sejak awal berumah tangga.
Maka harus ada pendidikan bagi anak-anak agar mereka tumbuh menjadi anak-anak salih dan salihah, menjadi penyejuk mata hati orang tua, menjadi tuimpuan harapan kebaikan bagi bangsa dan negara.
Suasana Rumah yang Menyenangkan
Rumahku surgaku memiliki suasana yang menyenangkan dan membuat betah semua anggota keluarganya. Suasana ini mencakup hal-hal yang bersifat fisik maupun nonfisik. Yang bersifat fisik, misalnya terkait dengan kebersihan, keindahan, kerapian, keteraturan, kesegaran udara, kenyamanan lingkungan sekitar, dan lain sebagainya. Sedangkan yang nonfisik, misalnya adalah gaya komunikasi antara suami dengan isteri, antara orang tua dengan anak-anak, antara sesama anak, dan seluruh anggota keluarga lainnya.
Secara fisik, rumah tidak harus mewah, mahal, lux dan lain sebagainya. Namun kebersihan, kerapian, keteraturan, kesejukan lingkungan, kesegaran udara lebih menentukan suasana yang membahagiakan. Kendati memiliki rumah mewah, namun tidak terawat, tidak memiliki lingkungan yang segar, tidak ada sanitasi yang memadai, akan membuat suasana gerah dan tidak kerasan.
Dalam kaitan dengan nonfisik, maka tautan hati antara satu dengan lainnya dalam keluarga harus saling terjaga, terawat dan terkuatkan. Tautan hati antara suami dan isteri harus terus menerus dirawat dan dikuatkan, agar bisa menjadi sumber kekuatan dalam membangun suasana rumahku surgaku. Tautan hati antara orang tua dengan anak –dan sebaliknya—harus terus menerus dirawat dan dikuatkan agar anak-anak tumbuh dalam suasana yang penuh cinta dan kasih sayang orang tua.
Semoga kita semua mampu mewujudkan rumahku surgaku. Selamat siang, selamat beraktivitas.
Sumber : Kompasiana
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Harap tidak berkomentar SPAM!