Kisah anggota Dewan PKS, Naik Ojek Ke Gedung DPR - Waktu baru menunjukkan pukul 05.30 WIB.
Anggota DPR Aus Hidayat Nur meninggalkan rumahnya di Jalan Kelapa Dua Raya RTM
Cimanggis, Depok dengan membonceng sepeda motor. Salah satu anaknya yang
mengendarai kendaraan roda dua itu.
Tujuan mereka adalah Stasiun Universitas
Indonesia (UI). Perjalanan tak sampai 30 menit. Tiba di stasiun, politisi PKS
ini segera membeli tiket KRL Eksekutif tujuan Stasiun Tanah-abang seharga Rp
5.500.
Pukul 06.15 WIB kereta yang
ditunggu-tunggu datang. Pria ini langsung naik gerbong yang lumayan sejuk dan
membuat mata ingin terperam.
Perjalanan ke Stasiun Tanah-abang
memakan waktu sekitar 45 menit. Sekitar pukul 7, Aus sudah di berada di depan
stasiun dan memanggil ojek. “Hampir setiap hari saya naik KRL agar lebih cepat
sampai kantor,” kata Aus Hidayat Nur.
Aus kembali naik ke boncengan motor
untuk sampai ke kantornya di gedung DPR. Ongkos ojek Rp 20 ribu. “Sebetulnya
harga normalnya Rp 10 ribu. Ya lumayan lah bisa sekalian membantu orang,” kata
pria yangdipercaya duduk di Komisi II DPR ini.
Setelah sampai di gedung DPR, pria ini
mengikuti rapat internal Fraksi PKS yang digelar mulai pukul 7 sampai 10 pagi.
Setelan itu. Aus sibuk dengan kegiatan di Komisi II DPR yang membidangi
Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara, Agraria dan
Komisi Pemilihan Umum.
Aus mengatakan lebih sering ke DPR naik
kereta. Tapi, bila kegiatan di parlemen sedang tak padat, ia datang menggunakan
kendaraan pribadi, Proton Exora.
Mobil produksi Malaysia itu, menurut
dia, dibeli secara kredit. Uang mukanya Rp 80 juta dengan tempo cicilan empat
tahun. Setiap bulan. Aus membayar cicilan Rp 3,9 juta. Saat ini sudah masuk
bulan kesepuluh. “Mobil itu lebih murah dari Toyota Innova,” kata Aus.
Sebelum memiliki mobil sendiri. Aus
beberapa datang ke DPR menggunakan Daihatsu Terrios. Menurut dia, mobil itu
adalah kendaraan operasional DPP PKS. Ia bisa menggunakan kendaraan itu karena
menjabat Ketua Pembinaan Wilayah Dakwah. Kini, mobil itu diguna-kan oleh
istrinya. Susanti karena dia aktif menjadi pengurus di DPP PKS.
Pria yang dikaruniai enam orang anak ini
mengatakan tak ingin bermewah-mewahan sebagai anggota DPR. Menurut dia, jabatan
anggota legislatif itu tidak selamanya, hanya lima tahun.
Gaya hidup mewah, bagi Aus, akan membawa
dampak buruk bila nanti sudah tak lagi menjadi anggota Dewan. “Bisa-bisa
ter-kena post power syndrome,” canda Aus.
Sebagai anggota Dewan, Aus memiliki
kewajiban untuk melaporkan kekayaannya ke KPK. Ia menyebutkan kekayaannya
berjumlah Rp 500 juta. Meliputi sebuah rumah dan sebuah mobil.
Aus mengatakan penghasilan sebagai
anggota DPR lebih banyak disumbangkan ke partai. Setiap bulan hampir sepertiga
gajinya diberikan kepada partai dan fraksi. Namun ia enggan mengungkapkan
besarannya. “Wah nggak enak kalau disebutin angkanya. Yang penting lumayanlah,”
kata Aus.
Setiap bulan, anggota DPR memperoleh
gaji Rp 64,8 juta. Jadi besarnya iuran yang dikeluarkan Aus untuk partai dan
fraksi sekitar Rp 20 juta.
Aus tak mempersoalkan sepertiga gajinya
harus diserahkan ke partai. Sebab, dia merasa tak perlu mengeluarkan uang
banyak saat menjadi calon legislatif (caleg). Saat itu, dia justru banyak
menerima sumbangan dari kader-kader di bawah.
“Karena sekarang sudah jadi anggota DPR,
maka harus membantu kader yang ada di bawah. Jadi saling gantian bantulah,”
katanya.
Sebelum menjadi anggota Dewan, Aus
menjalankan bisnis multi level marketing (MLM). Usaha dijalaninya sejak 2003.
Penghasilannya sudah mencapai Rp 20 juta setiap bulan.
Namun sejak duduk di DPR penghasilannya
turun. Sebab waktunya banyak tersita untuk kegiatan-kegiatan di Senayan.
Akibatnya, dia tak bisa mengembangkan bisnisnya itu.
Kegiatan di Komisi II memang cukup
padat. Tapi, Aus bersyukur ditempatkan di komisi ini karena tak banyak
godaannya.
“Ada ungkapan bahwa Komisi II merupakan
komisi air mata,” ujar Aus bercanda.
Walaupun kegiatannya di Senayan sering
sampai malam. Aus selalu menyempatkan untuk pulang ke rumah dan bertemu
keluarga. Bila sudah tidak ada acara di DPR, Aus pulang setelah shalat Maghrib.
Dari DPR dia naik ojek menuju halte
busway Ratu Plaza. Perjalanan selanjutnya ditempuh dengan bus Transjakarta
menuju terminal Blok M. Dari sini, dia menumpang Metro Mini ke Pasar Minggu.
Dari terminal Pasar Minggu dilanjutkan
naik ojek menuju rumahnya Cimanggis, Depok. “Paling telat sampai rumah jam
setengah sembilan malam. Kalau malam kan lancar, jadi bisa cepat sampai rumah,”
katanya.
Ketika naik kendaraan umum. Aus
menyembunyikan jas yang menjadi pakaian sehari-hari anggota DPR ke dalam tas.
Ia hanya mengenakan kemeja lengan pendek, celana bahan dan sepatu kerja.
“Orang-orang yang naik Metro Mini bareng
saya tidak ada yangtahu kalau saya anggota DPR. Apalagi saya tidak terkenal.
Jadi saya tenang saja,” ujar Aus sambil terkekeh-kekeh.
Pergi naik kereta dan pulang naik bus
ini merupakan aktivitas
Aus selama DPR dalam masa sidang. Ketika
masa reses, seperti anggota Dewan lainnya, Aus berkunjung ke daerah
pemilihannya untuk bertemu konstituen. Aus menjadi anggota DPR daridaerah
pemilihan Kalimantan Timur.
“Saya baru aktif lagi di DPR setelah
reses,” katanya. Rencananya, DPR kembali bersidang pada 9 Januari mendatang.
0 komentar:
Posting Komentar
Harap tidak berkomentar SPAM!